Sabtu, 25 Februari 2012

Hadiah termurah

Perjalananku masih panjang. Bagaikan tanaman yang semenjak kecil kutanam kini belum juga cukup besar. Karena masih dalam pertumbuhan bukan saatnya untuk ditebang. Senangnya di 17 tahun ini, tak terasa kini beranjak remaja. “Indah bukan” kataku pada hati kecilku. Hanya sendiri dan malu sendiri. Gila, aku terbuai olehnya. Mantanku yang 1 tahun lebih masih saja ku ingat, tak tahu kenapa dia selalu hadir dalam benak dan hati kecilku. Mungkin inilah yang dinamakan mantan terindah ataukah cinta pertama. Kehadirannya membuat hari-hariku indah, penuh semangat dan tak pernah sedih meskipun kesedihan selalu hadir karena aku berada dikeluarga yang tidak seperti kebanyakan teman-teman disekolah yang bahagia, ia aku berada pada keluarga yang Broken Home. Tapi tak membuatku putus asa, meski kadang selalu iri melihat teman-teman bisa merasakan kasih sayang lebih dari orang tuanya sementara aku tidak. Dengan kehadirannya aku menjadi selalu tersenyum semangat dalam menjalani hidup dan yang terpenting giat dalam belajar.
Sedih rasanya kini berpisah ruang, meski masih dalam satu sekolah dan satu jurusan tapi rasanya ada yang kehilangan. Tapi masih bisa melihat senyumannya. Sebut saja dia Nui, perempuan yang menaklukan hatiku sehingga jatuh cinta pada dirinya karena kebaikannya, kepintarannya dan kecantikannya yang selalu kuingat dalam memori otak kananku. Waktu berjalan semakin membuat ku galau karena merasa ada kekurangan. Ku kuat-kuatkan untuk selalu senang tapi hatiku sedih. Ku kuat-kuatkan untuk selalu tersenyum tapi hatiku menangis. Cukup teman-teman yang selalu menghibur dan memberi dukungan untuk selalu tegar dalam menjalani hidup, hasilnya tak begitu sempurna. Aku malu menjadi orang yang selalu ketergantungan pada seseorang, mungkin belum cukup untuk dikatakan dewasa denang sikapku yang masih kekanak-kanankan.
Tepat tanggal 12 Februari dia ulang tahun yang ke 17, rasanya ingin sekali aku memberinya sesuatu yang membuatnya bahagia. Ide ku mulai datang apa yang aku bisa hanyalah membuat puisi, tapi ada keraguan dalam hati mana ada perempuan sekarang diberi hadiah ulang tahun apalagi yang ke 17 hanya dengan selembar puisi. Semangatku mengecil rasanya tak yakin. “kenapa wajahmu begitu sangat muram?” temanku.”taka apa, hanya sedih saja.” Jawabku.”cobalah cerita, kenapa?”tanyanya.”aku bingung dit, hari ini dia ulang tahun. Aku tak bisa memberinya apa-apa, uang dari mana aku punya? Untuk jajan juga tak punya.” Jawabku dengan penuh kesedihan.”Dia itu siapa? Nui?” tanyanya kembali.”ia” singkat jawabku. Diam sejenak, Adit menjadi merasa sedih. Merasa bersalah dan langsung menceritakan ide sebelumnya yang ku punya. “kalau saja aku berikan puisi, apakah dia bisa merasa senang?” tanyaku.”ide bagus, coba saja. Aku dukung.”jawabnya.”ia, terima kasih.”jawabku kembali.
Selesai pulang sekolah aku langsung menulis puisi dan tak ada kegagalan dalam pemilihan kata-katanya cukup satu kali jadi, dan hasilnya :



Ingin kujaga apa saja di sini
Tapi angin punya
Telinga dan kata-kata
Bahkan tajamnya matamu
Akan merekam dan mengenang
Kembali dengan bahasa lain
dan rasa yang sama
 Lalu perbedaan siang dan malam
memagari tubuhku
kesepian yang mendekam!
Ingin kuramaikan apa saja di sini
Tapi burung tak punya lagi sarang yang tenteram
Hatiku!
Pohon-pohon telah memburu kasih demi cinta
Mengubah ketenteraman jadi kegaduhan
Dan asap yang kupendam beribu
kata hatimu adalah oksigenku setiap detik
Aku terpelosok perih dan mengunyah pahit
Ingin kutulis apa saja di sini
Tapi surat tak lagi punya suara
Karena merpatinyapun sudah mati
 seribu kisah memadati halaman demi halamannya
Seperti gula-gula yang dikunyah oleh anganku
 aku hanya membaca bahasa angin di sana
kemudian meliuk di balik kerudung
kemudian hening…
Dan ternyata kamu!
Ingin kurasakan kembali tapi lain untuk di sini
Tanpa tekat dan keberanian
Aku pengecut!
Ingin kuteriakkan penderitaan
burung yang kehilangan merpati putih
Hingga di udara yang terbuka
Tak akan ada lagi kecemasan-kecemasan
Ku ingin kau tersenyum!

Selamat ulang tahun Nui, mungkin ini hanya sebatas puisi tapi semoga saja kamu suka.



Sangatlah senang, kini puisi telah usai.  Kebingunganku hadir kembali atas  kapan waktu yang tepat untuk memberikan puisi ini. Lebih bagus kalau sekarang, tapi waktu sudah larut tengah malam. Mungkin besok saja, meski terlambat tapi setidaknya masih dalam suasana ulang tahunnya.
pagi yang sangat indah, ku tatapi langit sangatlah bersih. terlihat romantis perpaduan embun dengan Sun Rise penuh kenikmatan bagi yang melihatnya. Aku beranjak semangat pergi kesekolah dengan harapan dia senang dengan pemberianku.MIMPI. moga saja berhasil . . . amin.
senyuman dan kebahagiaan, ku persembahkan dipagi ini hanyalah untuk semua orang, rasanya ingin cepat-cepat bertemu dengan dirinya. "siapa itu?" hanya dalam hati. BUNGUNG. penasaranku semakin memuncak. Tapi, siapa dia? lelaki itu begitu akrab dengan dirinya. Tiba saja Nui menghampiriku meski hanya selintas, dan kusapa dia sekalian mengucapkan "Selamat Ulang Tahun Nui . . ." ucapku."terima kasih"jawabnya. "oh ia, siapa itu?" sambil meunjuk lelaki itu."oh itu, dia pacar baruku" jawabnya dengan tersenyum. Mulutku terdiam membisu, pohon yang kusandaripun ikut layu. Mungkin lebih baik tak ku berikan pyuisi ini untuknya, aku takut nantinya menjadi merusak hubungannya. Hanya tersenyum meski hatiku letih, dan  persembahkan  puisi ini dalam suatu karya saja. Mungkin aku tak pantas untuk dirinya. Tuhan izinkan aku merasakan kebahagiaan dia dengan dirinya. Semoga Bahagia selamanya . . .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar